Want You
Title :
Want You
Author :
Rian Agustin (@Riian_Agustin)
Main Cast :
Aku (Sulli f (x)), Minho SHInee, Taemin SHINee,
Krystal f(x), Key SHINee
Type :
ONESHOT
Genre :
Romance and Family
Rating :
General
WARNING! This story full of Minsull couple. And
this story genre is Romance, remember Romance NOT Yaoi. If you don’t like
Minsull couple, don’t read! But if you Minsull Shippers please enjoy^^
“sulli
mianhae, aku menyukai krystal. Aku mendekatimu supaya aku bisa kenal dengannya.
Mianhae...”
Sudah 1 tahun berlalu tapi perkataan Taemin oppa masih teringat jelas dalam pikiranku. Setelah hubungan yang kami jalin selama 5 bulan, akhirnya ia mengaku bahwa ia berpacaran denganku hanya supaya ia bisa dekat dengan kakakku Krystal. Pertama kali aku mendengar kata-kata itu keluar dari mulutnya aku memang merasa sangat jengkel. Aku seperti manusia bodoh, mudah di bohongi dan di sakiti.
Namun sekarang aku bukan lagi seorang perempuan berseragam putih abu-abu yang terkenal labil. Aku sudah menjadi mahasiswi dan aku harus bangkit dari keterpurukanku dalam masalah percintaan. Sedangkan kakakku Krystal kini tengah menjalani praktek di rumah sakit Kasih Bunda yang terkenal.
Dari lahir aku tidak pernah akrab dengannya, apalagi karna masalah taemin oppa aku jadi semakin membencinya. Dia selalu merebut pria yang dekat denganku sejak SMP. Tak terlukiskan rasa kekesalanku pada Krystal. Aku layaknya bom waktu yang dapat meledak kapan saja, terlebih jika menyangkut hal yang berurusan dengan kakakku.
“Sulli, tolong kasih bekal makan siang ini ke kakak kamu ya. Kampus kamu kan searah sama rumah sakit Kasih Bunda.” Mama menyodorkan rantang makanan itu kepadaku. Tapi aku tidak segera mengambilnya. Melihat rantangnya saja membuat hatiku panas, apalagi memberikannya pada nenek sihir itu.
Aku melirik sekilas rantang makanan tak berdosa itu. “Ngga ah ma! Aku ga mau! Mama suruh pembantu aja yang anterin ke kakak. Lagian aku nanti bisa telat masuk kelas kalau harus mampir dulu ke rumah sakit.” Sangkalku.
“Gak bisa, Udah nih pokoknya mama ga mau tau kamu harus kasih ini sama Krys, titik!” mama menarik tanganku dan menyangkutkan genggaman rantang itu kedalam telapak tanganku dengan paksa.
“Hahhh...benar-benar hari yang menyebalkan!” Keluhku dalam hati. Sesampainya dirumah sakit aku langsung memasuki ruang praktek kerja kakakku tanpa permisi. Tapi beberapa saat aku mencari-cari sosoknya rupanya ia tidak ada. Yang aku lihat hanya seorang pasien sedang berbaring di ranjang dengan matanya yang diperban.
Ia terbangun dari posisi rebahannya dan bersandar di ranjang. “Dokter Krys, apa itu kau?” aksen bicaranya seperti orang barat, bahasa Indonesianya pun terdengar kurang fasih. “Mmm...mi..mianhaeo aku bukan Dokter Krystal, aku kemari hanya ingin mengantarkan bekal makan siang ini untuknya. Maaf ya, aku permisi dulu.” Jawabku seperti orang salah tingkah. Aku meletakkan rantang itu dengan kasar dan bersiap pergi dari sana.
“wait up!” sahutnya membuatku menghentikan langkahku yang tergesa-gesa.
“what else?” aku menoleh ke arahnya dan menengok jam tangan dengan gelisah.
“who are you?” tanyanya dengan nada datar dan dingin.
“i’m Sulli, Krystal’s little sister. Sorry, i have to go now. Bye.” aku langsung mengaktifkan langkah seribu untuk mengejar waktu yang sangat mepet untuk sampai ke kampus.
Oh My God! Bisa telat nih!
Dengan selamat sentosa aku sampai kelas tepat waktu, tetapi selama jam kuliah berjalan hatiku tidak tenang. Aku gelisah dan terus memikirkan pasien laki-laki yang ada di kamar praktek kakakku itu. Konyol sekali, tapi aku ingin bertemunya lagi. Rasa penasaranku ini tak dapat terbendung, dengan nekat sepulang kuliah aku pun memutuskan untuk datang ke tempat kakakku.
“Sulli! Yaa..!!, mau kemana? Kita ga jadi nonton?” ujar Victoria. Ia memperhatikanku yang sedang merapihkan buku seperti orang kebakaran jenggot.
“aduh..jangan sekarang deh Vic! Aku ada urusan nih, besok aja ya. Byee..” seruku seraya meninggalkan kelas dan melambaikan satu tangan pada temanku Victoria.
Tiba-tiba.. BAAAMM!!
“aduduh...awhh...” erangku kesakitan. Tubuhku jatuh terduduk ke lantai dan buku-buku yang ku pegang berhambur berantakan. Tak lama aku melihat guliran tangan yang seolah berkata “mari, aku bantu kau berdiri.”
“maaf, aku tidak sengaja. Mari, aku bantu kau berdiri.” Aku meraih genggaman tangan itu lalu menyibakan debu yang menempel di celana panjangku.
“mianhae...” Katanya. Pria ini tampan sekali... pujiku dalam hati.
“ah, ya tidak apa-apa.” Ucapku sambil menorehkan senyum sekenannya. Aku baru ingat bahwa aku ingin ke tempat praktek Krystal. Oh My God!, kalau jam segini pasti ia sudah pulang. Dengan terpaksa aku mengurungkan niat untuk pergi kesana.
“ini..” Laki-laki itu mengulurkanku buku-buku yang tadi berserakan kepadaku.
Aku mengernyitkan dahi dan menatap matanya sepintas. “go..gomawo, mianhae aku sudah menabrakmu.” Pria ini...sepertinya aku mengenalnya? Aku kembali memperhatikan wajahnya dengan seksama. Memandang wajahnya dan membuang pandanganku... Aku ingat orang ini!
“emm.. aku harus buru-buru pulang untuk menyiapkan makan malam. Bye.” Aku tau orang ini, karena itu aku mencari alasan ingin “menyiapkan makan malam” lalu segera pergi dari hadapannya. Ya, walaupun sebenenarnya aku tidak bisa memasak, tapi itu satu-satunya alasan yang melintas di otakku. Pria itu menahan aku. Ia menarik pergelangan tanganku. “jangan pergi Sulli, aku harus menjelaskan sesuatu padamu.”
Oppa (taemin), apa lagi yang kau inginkan dari diriku? Tidak puaskah kau telah menyakitiku? Kenangan masa lalu seakan muncul kembali ke permukaan. Aku sungguh tidak menginginkan ini terjadi. Tapi, tak kupungkiri aku masih menyimpan rasa terhadapnya. Kami pergi ke suatu restauran yang begitu asri dan indah pemandangannya. Aku tidak tau tempat apa ini. Aku tidak tau kemana oppa membawaku. Yang aku tau sekarang aku berada di sebuah daerah pegunungan. Sudah 3 tahun aku tidak bertemu dengannya semenjak kelas 1 SMA karena aku meminta pada mamaku untuk pindah sekolah, dan selama itu juga aku bisa lihat penampilannya berubah dari yang dahulu. Sekarang ia terlihat lebih tinggi dan rambut spikenya kini berubah dengan poni menyamping yang menutupi sebagian keningnya. Tidak salah kalau aku pernah jatuh cinta padanya, meskipun ia hanya mempermainkanku tetapi aku tidak menyesal.
“mm.. sulli, apa kau masih memendam kebencian padaku?” tuturnya membuka pembicaraan di tengah kesunyian kami.
“hanya saat kau mengatakan bahwa kau menyukai Krystal.. hanya saat itu aku membencimu..” ucapku tanpa menatapnya dan melemparkan pandangannku pada pegunungan yang diselimuti kabut tebal.
“aku datang menemuimu karna aku ingin mengatakan suatu hal yang dulu tidak sempat aku sampaikan..” wajahnya nampak pucat pasih karna gugup. Taemin menelan ludahnya dan berusaha memandangku.
“setelah aku menyatakan perasaanku pada Krystal, ia menolakku. Dan ketika itu aku sadar bahwa aku benar-benar menyukaimu. Dulu aku tidak bersyukur telah mendapatkan wanita sepertimu. Karena itu, sekarang... aku sungguh minta maaf kepadamu Sulli, aku ingin kau kembali menjadi wanita-ku. Saranghae..” Ia menatapku dengan wajah memelas dan kening yang berkerut sedih.
Aku tidak peduli lagi. Aku sudah melupakannya. Aku meninggalkan Taemin oppa dari tempat makan itu. Aku tidak tahan mendengar kata-katanya. Aku ingin bersama dengannya, tapi entah mengapa ada sesuatu yang mendorongku untuk tidak menerimanya lagi. Sepanjang malam aku hanya berbaring di atas tempat tidur dan membenamkan wajahku ke dalam bantal. Aku terus mengingat-ingat pria itu. Bukan Taemin oppa, tetapi pria yang ada di kamar praktek Krystal. Tapi sepertinya pria itu kenal dekat dengan kak krystal? Karena hanya orang-orang tertentu saja yang memanggilnya dengan sebutan “krys”. Yaa...mungkin itu pacarnya? Gumamku.
Tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu yang membuyarkan andai-andaiku.
“Sulli, kakak boleh
masuk?” seru suara itu.
“ne.” Jawabku bermalasan-malasan. Kakaku yang paling tidak aku sukai mulai memasuki kamarku. Ia berjalan ke arahku dan duduk di sampingku. “kamu yang anter makan siang tadi ke tempat praktek kakak ya?”
“ne.” Aku hanya menjawab sekenannya tanpa menoleh padanya.
“mmm…gomawo. Ini ada sesuatu untuk kamu.” ia mengeluarkan sebungkus bingkisan dari belakang tangannya. Sebuah kotak kado berwarna pink bermotif love lengkap dengan pitanya yang juga berwarna pink. Aku berpikir ini tidak mungkin hadiah dari kak krys. Kak krys yang melihatku tanpa reaksi akhirnya menjelaskan asal-usul tentang hadiah itu. “ini dari seseorang untukmu. Dia ingin memberika hadiah ini untuk kamu. Coba bukalah dulu.”
Perlahan aku mulai melepas pitanya dan membuka tutup kado tersebut. Aku sungguh dibuat terkejut oleh hadiah dari orang itu! Sebuah kotak musik dengan lapisan warna emas dan putih yang berukuran sedang, serta terdapat seorang wanita dan pria yang berdansa dengan anggun di atasnya. Lalu aku memutar katup kotak musik itu... dan... melantunlah lagu klasik yang begitu indah. Lagu ini... aku kenal lagu ini! Lagu klasik favoritku! Atau bisa dibilang satu-satunya lagu klasik yang aku tau dan aku suka saat pertama kali mendengarkannya. Lantunan merdu denting piano yang keluar dari speaker kotak musik itu membawaku terhanyut ke dalamnya. Hatiku terasa tentram, seperti ada ketenangan di balik lagu ini. Lagu ini mampu membuatku tersenyum dan bersedih pada waktu yang bersamaan.
“hadiah itu pemberian seseorang. Dia berharap kamu menyimpannya.” Kalimat yang diucapkan kak Krys membuatku tersadar. Aku masih tidak mengerti apa maksud orang itu memberikan hadiah ini untukku, tapi yang pasti aku tidak akan menolak kado indah ini.
“Sampaikan terimakasihku kepadanya.” Hanya itu yang bisa aku katakan, untuk saat ini aku belum ingin tahu siapa yang memberikan bingkisan berharga ini.
Sesuai janjiku pada Victoria karna kemarin tidak bisa nonton dengannya, seusai jam kuliah kami pun pergi ke mall dan menonton film. Victoria mengajakku makan di American Grill tetapi sekarang aku sedang tidak selera makan makanan barat. Ketika kedua mataku menangkap keberadaan stand food yang menjual makanan Jepang sederahana kesukaanku Okonomiyaki, aku pun segera melesat ke sana dan membelinya.
“enak kan Vic? Makanya jangan makan makanan barat melulu! Coba makan makanan dari kebudayaan lain juga dong, apalagi Okonomiyaki dari Jepang ini.” Pamerku pada Victoria sambil terus melahap makanan itu dengan sumpit yang begitu tipis dan sedikit membuatku kerepotan.
“ne..ne..ne.. kali ini kamu menang Sulli! Aku akuin ini enak banget.” Balas Victoria yang juga tidak berhenti memakan makan itu dan sesekali menyeruput Blue Iced-nya.
Tanpa kami sadari seseorang telah berdiri di hadapan kami. Ia terus menatapku dan tiba-tiba ia menaruh sekotak Okonomiyaki lainnya di atas mejaku. “ini, makanlah yang banyak. Okonomiyaki adalah hidupmu, bukan? Bahkan dulu saat kecil kau pernah merengek kepada kakakmu dan memarahinya karna ia tidak membelikanmu makanan itu.” lalu pria itu melangkah pergi dengan santai sambil memasukan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana panjangnya. Aku terbelalak dibuatnya. Bagaimana bisa orang asing seperti dia tau tentang masa kecilku?! Ketika aku terbangun dari lamunanku, aku langsung berlari mengejar ke arah pria itu tadi berjalan namun aku tidak menemukannya. Dia sepertinya sudah pergi.. tapi siapa dia? Ujarku dalam hati. Victoria yang mengejarku mati-matian akhirnya mendapatkanku. “yaaa!! cepet banget sih larinya! Aku hampir kehabisan nafas nyusul kamu, tau?!”
Siapa laki-laki tadi? Tapi sepertinya tidak asing...
Aku sudah tidak tahan dengan semua ini. Aku ingin penjelasan! Setelah mengantar Victoria kerumahnya aku segera membalikan stir mobil ke arah tempat praktek kakak ku bekerja. Aku merasa dia tau akan hal ini. Aku merasa dia punya andil atas keanehan yang terjadi padaku belakangan ini. Dengan langkah berdebum aku menuju ke sana. Entah mengapa hatiku sekarang seperti air mendidih, aku takut emosiku meluap ketika mengetahui semuanya. Aku takut aku menyesal karena telah datang ke sini. Akhirnya aku tiba di depan pintu kamar praktek kakak ku. Aku menyentuh gagang daun pintu itu dan bersiap mengayunkanya ke bawah, tapi niatku terhenti saat mendengar percakapan yang sedang teruntai dari dalam ruangan.
“aku sudah memberikan hadiah itu kepadanya. Ada lagi yang ingin kau sampaikan untuknya?” suara kak Krys begitu jelas terdengar. Apa hadiah yang dia maksud adalah kotak musik itu?!
“tidak perlu. I just met her, dan itu sangat menyenangkan. I saw her face was full of questions of who i am saat aku memberikan Okonomiyaki kepadanya and mengatakan kejadian masa kecilnya dulu about that food.” Ujar orang itu sambil terkekeh.
“apa? Kau berani sekali! Why don’t you just tell the truth?” balas kak krystal.
“i don’t have such courage to say.” Kali ini suara pria itu melemah dan terdengar putus asa.
“aku yakin adikku pasti akan menerimamu.” Aku tidak sabar lagi! Dengan perasaan yang kacau aku memasuki ruangan tersebut. Dan terpampanglah pemandangan yang tidak mengenakan kedua mataku. Kakaku sedang berpelukan dengan pria itu! Aku hanya berdiri mematung menyaksikannya. Air mataku bahkan tidak dapat keluar, tetapi di dalam, hatiku menjerit. Tenggorokanku tercekat sehingga tak ada sepatah katapun keluar dari mulutku. Aku tidak tau mengapa kejadian yang ku liat ini begitu menyakitkan padahal aku tidak mengenal pria itu.
Aku melangkah pergi dari sana dengan keadaan tubuh yang agak lemah dan kepala yang berkunang-kunang. Kaki ku melemah, seluruh syarafku seperti terhenti yang alhasil membuatku jatuh pingsan. seseorang sepertinya menggendongku? Aku bisa merasakan nafasnya yang tersengal-sengal, di dalam pelukannya aku merasa nyaman. Aku juga bisa mendengar denyut jantungnya yang berdetak cepat, ia nampaknya begitu khawatir dengan keadaanku. Aku ingin sekali melihat orang ini, tetapi mataku tidak dapat terbuka...
Aku tidak tau sudah pingsan selama berapa jam, tetapi yang pasti sekarang mataku seperti menempel dan aku kesulitan membuka kelopak mataku. Namun usahaku yang gigih membuahkan hasil yang manis. Ketika mataku sudah benar-benar terbuka, yang aku lihat hanya kak Krystal yang duduk di sisi kiri ranjang tempat aku terbaring dan seorang pria yang sedang terlelap di sisi satunya sambil... menggengam tanganku?!
“Sulli, kamu sudah sadar?!” kak Krystal tersentak melihat aku yang sudah siuman. Ia langsung mengecek keadaanku secara seksama menggunakan stetoskopnya. “kamu baik-baik saja bukan? Maafkan kakak Sulli,” sambung kakakku itu. Karena reaksi kak Krystal yang cukup menghebohkan pria itu pun terbangun dari tidurnya.
“Sulli, you’re awake? are you all right?” cara pria itu mencemaskanku terasa tidak aneh bagiku. Aku justru merasa bahagia akan kekhawatirannya. Tapi, siapa dia?
“siapa kau?” aku tidak yakin suaraku akan terdengar jelas karena kerongkonganku sedikit sakit ketika bersuara.
“Sulli, dia Minho... dia teman kakak saat di panti asuhan dulu.” Sela kak Krystal. Dia nampak pucat saat mengucapakan kata-kata itu.
“panti asuhan? Apa maksudmu?!” aku sengaja menaikan intonasi pembicaraan. Jadi selama ini Krystal adalah kakak angkatku?
“mama dan papa berencana untuk tidak pernah mengatakan hal ini kepadamu, tetapi aku tidak bisa menyimpan rahasia akan siapa diriku selamanya karena kelak kau pasti menyadarinya.” Wanita yang kukenal sebagai kakak kandungku menghentikan kalimatnya sejenak, ia menghela nafas dan melanjutkannya. “saat dulu kau masih kecil sekitar umur 7 tahun kau dan orangtuamu datang ke panti asuhan untuk menjemput aku, tetapi kau begitu marah dan tidak setuju, kau berlari sampai ke tengah jalan dan sebuah mobil hampir menabrakmu, syukurlah itu tak terjadi. Dia... Minho teman sebayaku yang menyelamatkanmu. Kau pingsan dan Minho menggendongmu dengan tergopoh-gopoh, tapi Minho tidak menyerah. Namun ketika kau sadar, kau menangis sangat keras begitu melihat Minho. Sejak saat itu Minho terpukul atas sikapmu.
“let me tell the rest Krys. Aku menyukaimu Sulli, karena terlalu menyukaimu akhirnya aku memutuskan pergi dari kehidupanmu. Kebetulan aku juga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah di Amerika dan aku mengambil kesempatan itu sekaligus untuk melupakanmu. Selama 11 tahun aku tinggal di sana tetapi tidak kunjung menemukan pengganti dirimu, setiap malam aku selalu terbayang wajahmu yang ketakutan saat melihatku... aku sangat merindukanmu dan ingin bertemu tapi aku tidak mau membuatmu menangis...” Minho menghentikan ceritanya. Ia tertunduk lurus menghadap lantai rumah sakit. Aku bisa mendengar suaranya yang serak seakan tak sanggup melanjutkan cerita masa lampaunya yang memilukan. Tubuhku bergerak dengan sendirinya. Perlahan langkah kakiku menghampiri pria yang di sapa Minho itu. Aku tidak lagi menangis ketika melihatnya, tetapi justru aku sangat bahagia. Aku tidak tau apa yang dulu telah terjadi sehingga aku bersikap begitu kejam terhadapnya. Aku tidak mengerti mengapa aku tidak bisa mengingatnya. Tapi kini semua sudah jelas. Inikah sebabnya mengapa aku sangat ingin bertemu dengannya sejak pertama kali bertemu dia? Maafkan aku Minho oppa... Aku menyentuh pundak laki-laki itu dan berkata. “mianhaeo oppa... aku janji tidak akan menangis lagi karena melihatmu, justru sekarang aku sangat bahagia...” minho menengadahkan kepalanya dan menatapku tak percaya. Ia berdiri dan mendekapku ke dalam pelukannya. “gomawo Sulli.”
Keesokan harinya mama dan papa menjelaskan bahwa dulu aku sempat menderita amnesia anterograde dan retrograde secara bersamaan. Aku tidak mampu mengingat kejadian sebelum hampir tertabrak mobil dan tidak dapat mengingat kejadian setelahnya karena trauma parah. Aku tercengang mendengarnya. Karena itu kah aku sampai melukai perasaan Minho oppa? Di tengah-tengah keheningan kamarku yang hanya dihiasi oleh lantunan musik klasik pemberian dari Minho oppa handphone-ku berdering dengan nyaringnya. Aku melirik layar hape itu dan melihat sebuah nomer yang tidak ku kenali.
Aku menempelkan benda kecil itu ke telinga. “anyeonghaseo?”
“ini aku Taemin, Sulli.. tolong jangan matikan telfonnya.” Pinta suara itu dari sebrang dengan nada lemah lembut.
“ada apa lagi?” jawabku sekenannya.
“aku ingin bertemu denganmu. Besok aku jemput sehabis jam kuliah.” Kemudian sambungan telfon itu terputus begitu saja. Dasar seenaknya! Kau pikir siapa dirimu?! Pria menyebalkan! Gerutuku dalam hati.
Besok hari setelah jam kuliah berakhir aku bergegas meninggalkan ruangan supaya tidak bertemu Taemin oppa. Namun harapanku tampaknya tidak terkabul. Ia sudah menungguku di depan pintu dengan beberapa wanita yang kelihatan sedang mengaguminya. Dasar wanita-wanita bodoh!
“aku cuma ingin bertemu denganmu untuk terakhir kalinya Sulli. Jadi aku mohon kau jangan kabur seperti waktu itu.” ucapnya kemudian menarik pergelangan tanganku dan memasuki mobil.
“kita mau pergi kemana? Aku ada janji dengan seseorang jadi jangan lama-lama.” Ujarku ketus tanpa memandangnya.
“tidak lama, aku juga ada janji dengan seseorang kok.” Balasnya
Beberapa saat kemudian tibalah kami di sebuah... Bandara?! Aku tidak tau apa yang sedang direncanakan oleh Taemin oppa. Tetapi aku rasa ini akan sangat mengejutkan.
Tiba-tiba Taemin menunjuk ke suatu arah sambil berkata. “ah itu dia! Ayo sulli!” ia kembali menarik tanganku dengan cukup keras dan membuatku sedikit tidak nyaman namun aku tak dapat mengelaknya. Kami berjalan mendekati seseorang yang sedang berdiri tegap menghadap ke arah luar jendela transparan yang besar.
“Anyeong Minho!” sahut Taemin dengan semangatnya. Apa yang dia katakan barusan?! Minho?! Pria yang di panggil Taemin sebagai ‘Minho’ itu pun membelokan badannya dan perlahan berhadapan dengan aku dan Taemin oppa. Ini benar-benar suatu surprise yang tak terduga! Aku tak dapat bergerak dan mematung di samping Taemin oppa. Bagaimana mungkin?! Apa dunia sesempit ini?! Taemin mengenal Minho oppa?!
“yaa…! S..Sulli? Kau kenal dengan Taemin?” Minho oppa mengucapkan kalimatnya dengan sedikit terbata-bata. Aku rasa dia juga sama shocknya seperti aku.
Taemin oppa tertawa terbahak-bahak melihat kekikukkan yang menimpa kami. Ia tertawa dengan lepasnya dan membuatku jengkel seolah ia meledekku! “kenapa kau tertawa?!” bentakku padanya yang seketika menghentikan tawanya.
Taemin meraih tangan kananku dan ia juga meraih tangan kiri Minho. Ia meletakkan tangan Minho oppa di atas punggung tanganku dan menyatukannya. “tetaplah bersama sampai maut memisahkan kalian. Sudah waktunya aku untuk kembali ke Amerika. Minho!, jaga Fioren dengan baik! Itu perintahku. Selamat tinggal semuanya, anyeong!.” Taemin!, pria itu menyunggingkan seulas senyum manis sesaat sebelum meninggalkan kami berdua. Aku tidak percaya bahwa ini sungguh pertemuan terakhir antara aku dan dia. Aku berlari mengejarnya dan memeluknya dari belakang. Ia menghentikan langkahnya dan membalas pelukanku. “gomawo... Aku senang bisa mengenalmu.” taemin memegang pundakku dan mengendurkan dekapannya. Ia terus berjalan sampai aku tak dapat lagi melihatnya. Aku rasa baru saja beberapa tetes air mata berjatuhan membasahi pipiku. Aku menghapusnya tetapi semakin banyak linangan air mata yang keluar. “don’t cry, i’ll always be by your side ” kata Minho oppa..
2 tahun kemudian...
Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi keluargaku, terutama kakak angkatku yang sudah kuanggap seperti saudara kandung sendiri yaitu Kak Krystal. Ia merayakan pesta pernikahannya dengan pasangan yang juga seorang dokter keturunan barat bernama Key, sedangkan aku menjadi pengiring pengantin untuk kakakku. Aku berharap suatu hari nanti aku dapat menyusul kakakku bersama Minho. Tetapi aku rasa aku harus menundanya karena Minho oppa sekarang sedang melanjutkan study S2-nya di Amerika. Ia berjanji setelah semua urusannya selesai kami akan segera menikah dan aku menunggu akan hal itu. Seharusnya sejak 1 minggu yang lalu dia sudah kembali ke korea, namun tidak ada kabar darinya. Aku sedikit kecewa dan cemas akan sikapnya belakangan ini. Aku takut ia memiliki wanita lain di sana dan membatalkan rencananya denganku.
“yaa.., Sulli! Kenapa tidak ikut dengan yang lainnya untuk memperebutkan buket bunga pernikahan kakak!? Siapa tau kau yang mendapatkannya dan bisa segera menyusulku.” Ucapan kak Krys yang cukup kencang membuatku malu. Aku sebenarnya tidak ingin ikut berpartisipasi dalam hal ini, tapi yasudahlah…
Saat kak krystal menghitung dari 1 sampai 3 ia langsung melemparkan buket bunga itu ke belakang tepat ke arah para undangan yang hadir dan berebutan untuk mendapatkannya.
“will you marry me Sulli? Saranghae..” perkataan seseorang itu membuatku yang sedang meneguk segelas sirup stroberri tersentak.
Aku menoleh ke arah suara itu. Aku melihatnya! Minho oppa datang! Ia dengan buket bunga yang dilempar tadi oleh kakakku! Ia berlutut dengan satu kaki dan mempersembahkan buket bunga itu. Tanpa ragu aku meraihnya dan berkata. “yes, of course!” aku melompat kegirangan lalu memeluk Minho oppa. Ia memberikan kejutan yang membuatku tak bisa berkata-kata sedikitpun. Dalam pelukan Minho oppa, dari kejauhan aku melihat sebuah mobil sport hitam di depan gerbang rumah. Pria itu memakai kacamata hitam, ia tampak sedang memperhatikan kearah ku, sadar jika aku mengetahui keberadaannya ia lalu melajukan mobilnya dan pergi dari sana. Aku dan Minho oppa berdansa dengan diiringi musik klasik favoritku. Kami berdansa dengan anggun layaknya patung pria dan wanita di kotak musik pemberian Minho oppa.
Taemin oppa, aku sangat bahagia... Aku harap kau juga merasakan kebahagian seperti aku...
THE END
kajja hargai karya ini , dengan comment2 merupakan sebuah motivasi =D
kajja hargai karya ini , dengan comment2 merupakan sebuah motivasi =D
chingu,, daebak,, buat lagi dong ff,, cinta segitiga minho sulli ma taemin,,,
BalasHapusok mimin usahakn ya , tapi karang lagi fokus untuk ff TaeLli dan other castnya Na Eun , maklum lah kan lagi heboh WGM , =D , thanks udah comment ya ,, sering2 main ke blog ini yah =D
BalasHapus