Tittle : First Love
Cast : Choi Sulli, Lee Taemin
Cameo :Krystal, Sehun, Naeun
Length : Twoshoot
Genre : Romance, angst
Author : Naega Jung Hyunsoo with Hoky
Beware typo anywhere!!
Sulli POV*
Aku menatap
pemandangan di luar sana melalui jendela kamarku yang terbuka lebar. Langit
birunya membuatku damai. Kupejamkan kedua mataku, kuletakkan tangan kananku di
dadaku, tergenggam. Kubiarkan angin menerpa rambutku, membuatnya berkibaran.
Aku membayangkan hal yang kubenci tidak pernah ada. Tidak pernah kualami dan
kurasakan. Hal yang selalu membuatku sedih dan menangis. Sesuatu yang sangat
ingin kulupakan. Benar-benar ingin kulupakan. Ingin kuhilangkan tanpa bekas di
pikiranku. Sesuatu yang membuat air mataku mengalir selama dua bulan tanpa
henti. Kenyataan yang sangat susah kuterima. Kenyataan yang ingin kujadikan
mimpi buruk yang tak ingin kuulang. Sebuah perjanjian yang mengubah hidupku.
Perjanjian yang membuatku bahagia, juga sedih. Perjanjian yang aku tidak tahu
akan berakhir seperti apa. Perjanjian yang membuatku tahu siapa namja itu
sebenarnya, dan perjanjian yang membuatku ingin memutar waktu. Mengulang
semuanya dari awal. Awal aku mengenalnya, awal aku menyukainya, dan awal aku
mencintainya, menyayanginya. Dia, namja bernama Lee Taemin. Namja yang akhirnya mengubah
hidupku.
***
Aku berjalan setapak
demi setapak, melintasi jalanan besar yang setiap hari kulewati untuk pergi ke
sekolah, juga jalan yang kulewati setiap pulang sekolah. Tak lama kemudian, aku
sampai di sebuah gedung bertuliskan Daegu Young High School dengan tulisan
besar-besar dan berwarna biru muda, dengan garis pinggir biru tua.
Aku melangkah melewati
gerbang tinggi dan kokoh, menapakkan kaki di halamannya yang besar, dan masuk
menuju pagar sekolah yang membatasi aula dan halaman depan.
“Annyeong!” seseorang
berteriak. Suaranya berasal dari koridor sekolah.
Aku menoleh dan
melihat Krystal, sahabatku, berdiri di salah satu anak tangga. “Nado annyeong,”
kataku sambil melambai.
Aku menghampirinya dan
kami berdua berjalan menaiki anak tangga hingga sampai di depan sebuah ruang
kelas dengan pintu terbuka lebar.
“Bagaimana tugas
Fisikamu? Sudah selesai?” tanyanya sambil duduk disebelahku.
“Sudah. Aku
mengerjakannya semalaman, sambil mengantuk u.u” jawabku.
“Wah, hebat ._.) Kau
pasti baru mengerjakannya kemarin. Kau tahu, kan, tugas itu sudah dua minggu
lalu diberikan?”
“Nde. Aku tahu. Hanya
saja aku malas. Membaca tulisannya saja kepalaku sudah pusing.”
Krystal hanya
menggeleng sambil menatapku iba.
***
Sepuluh menit, lima
belas menit, tiga puluh menit. Son seongnim belum memberikan tanda-tanda akan
memasuki ruang kelas. Aku senang, juga kesal. Senang, tentu saja karna aku tak
perlu bosan untuk mendengarkan ocehannya. Kesal, ya! Aku mengerjakan tugasku
semalaman dan berusaha menahan kantuk. Harusnya dia datang pagi ini.
Tiba-tiba, masuk tiga
yeoja yang kami –Krystal dan aku— beri julukan ‘Yeoja Masam’. Mereka bertiga
selalu memasang ekspresi masam jika berpapasan dengan kami. Entah apa alasannya
kami juga tidak tahu. Mungkin benar kata Krystal: dia iri pada kami. Mungkin
dia tidak memiliki apa yang kami miliki. Mungkin.
“Permisi,” salah
satunya yang bernama Naeun, mendorong Krystal yang berdiri disamping mejanya.
“Cepat cuci tanganmu,”
kata yang satunya.
“Ambilkan anti
bakteriku.”
Seorang yeoja berwajah
cantik segera mengambil sebotol cairan kental anti bakteri dari saku bajunya
dan menuangkan beberapa tetes ke telapak tangan Naeun.
“Ingat! Sesudah
memegang yeoja kotor, harus cuci tangan dengan anti bakteri,” katanya, membuat
Krystal melotot dan menarik dasinya yang tadinya terpasang rapi.
“Apa katamu? Yeoja
kotor? Apa yang kau maksud itu dirimu sendiri? Ya. Cukup masuk akal kalau
begitu,” ujar Krystal sambil melepas tarikannya.
“Apa yang kau lakukan!
Kau merusak dasiku,” Naeun berkata sambil cemberut.
“Setidaknya lebih
bagus dari yang tadi. Ayo, Sulli-ah, kita pergi. Sepertinya keadaan di sini
mulai tidak aman.”
Aku tersenyum geli dan
pergi mengkor pada Krystal yang berjalan dengan wajah diangkat, dengan gaya
menantang. Meninggalkan Naeun yang merasa jengkel.
***
“Kenapa tidak kau
hajar saja dia?” tanyaku, menggoda Krystal.
Kami sedang makan di
kanting saat itu. Karna kami tahu Son seongnim tidak akan datang.
“Untuk apa? Dia akan
mengadu kepada Jung seongnim dan aku akan diberi poin,” jawabnya santai.
“Ne, ne. Tapi harusnya
kau peringatkan dia. Jangan mencari gara-gara jika dia mengadu,” kataku, dengan
wajah tanpa dosa.
“Dia tidak akan mau
mendengarkan,” dia berkata sambil mengunyah rotinya yang diolesi selai kacang
tebal-tebal.
Aku berfikir sejenak,
“childish.”
“Nugu?”
“Naeun.”
“Ah, nde. Memang begitu.
Sudah. Orang seperti dia tidak perlu dianggap ada.”
Aku mengangguk.
***
“Annyeong! Sudah tau
kabar terindah hari ini?” kata Krystal dengan semangat sambil berjalan menuju
bangku deretan kedua pada baris ketiga. Wajahnya dihiasi senyuman manis yang
terus mengembang saat dia berjalan ke arahku.
“Nado. Hmm, belum.
Memangnya apa?” tanyaku heran.
“Son Naeun. Dia
menyatakan perasaannya pada Lee Taemin. Namja
salju itu,” jawabnya sambil terus tersenyum.
“Jinjja? Lalu
bagaimana? Apakah Taemin menerimanya?” tanyaku, bangkit dari dudukku tanpa
sadar.
“Tentu saja tidak.
Memangnya ada orang yang dicintai oleh namja salju itu?” dia duduk di atas meja
dan mengambil sebungkus permen dari saku bajunya.
Kami berdua tertawa.
Tiba-tiba, seorang
yeoja bermuka manis datang dengan ekspresi masam. Diikuti dua yeoja lain di
belakangnya.
“Sudah selesai
tertawanya?!” bentak yeoja yang terdepan, memukul meja dimana Krystal duduk.
“Sepertinya belum,”
jawabku seenaknya, membuat yeoja tadi memasang ekspresi yang semakin masam.
“Kau menyukainya, kan,
Sulli-ssi,” suaranya mendadak berubah menjadi lembut, seolah merayu, “ayo
nyatakan perasaanmu pada hari valentine ini. Jangan lewatkan kesempatan emas
ini –kau sudah punya coklatnya, kan?” katanya, sedikit berbisik pada akhir
kalimatnya.
Aku menaikkan satu
alisku dan berkata dengan sinis, “apa maksudmu?”
“Jangan pura-pura
tidak mengerti! Ayo nyatakanlah, pengecut!”
Mwo? Dia membentakku?
Enak saja.
Aku berdiri,
menghampiri yeoja mungil itu, hingga wajah kami berdua berhadapan, “apa maumu?”
“Tidak ada,” katanya
santai. “Aku hanya ingin kau jadi pemberani.”
“Baik. Aku akan
menyatakan perasaanku pada namja salju itu,” kataku mantap, walaupun sebenarnya
setelah mengucapkan kalimat itu aku dirundung perasaan takut dan ragu. Tapi aku
tidak mungkin tidak melakukannya –menyatakan perasaanku pada si namja salju.
“Baiklah. Apa
taruhannya?” dia menantang.
“Terserah,” sambung
Krystal, membuatku memelototkan mata kearahnya.
“Hmm.. Kalau hari ini
kau tidak menyatakan perasaanmu, kau harus menuruti apapun permintaanku.
Bagaimana?” ujarnya, tersenyum sinis.
“Kalau dia
menyatakannya hari ini, kau yang harus menuruti apapun permintaan kami,” jawab
Krystal seenaknya.
“Se-tu-ju,” jawabnya,
lalu pergi bersama dayang-dayangnya yang mengekor.
***
“Kau ini sudah gila
rupanya,” omelku pada Krystal saat kami sedang menikmati makan siang di kantin
sekolah.
“Kenapa? Kau harus
berani. Lagipula aku yakin dia akan menerimamu pada hari white day nanti,”
ujarnya santai, sambil melahap keripik kentangnya.
Aku melotot. Apa-apaan
ini?! Memalukan. Pabo, pabo! Kenapa aku mau saja menerima tantangan dari Naeun.
Kenapa aku tidak menolaknya saja. Biarkan saja dia bilang aku pengecut. Kalau
aku hanya diam, lama-lama dia pasti aku lelah dan berhenti memanggilku dengan
sebutan pecundang.
“Nanti, sepulang
sekolah, kau pergi ke atap,” kata Krystal, membuyarkan lamunanku.
“Atap? Untuk apa?”
tanyaku.
“Sepulang sekolah,
Taemin pasti ada di sana. Kau kesana saja, nanti kau nyatakan perasaanmu disana
saja,” jawabnya, tanpa melihat kearahku.
“Kau temani?” tanyaku
lagi.
“Andwe! Sehun akan
menjemputku. Nanti dia menunggu>.<,” katanya, melahap segenggam keripik
kentang.
“Minta dia untuk
menunggu,” kataku dengan wajah tak bersalah.
“Tidak mau ==” Kau
sendirian saja. Biar nanti jadi adegan romantis dan menegangkan,” ujarnya
sambil tersenyum puas.
Aku hanya mendengus
kesal menaggapi perkataannya.
***
TEET.. TEET..
Omo >.< Bel
pulang berbunyi. Aku tidak mau ke atap. Aku tidak mau menyatakan perasaanku.
Aku tidak mau aku tidak mau. Ummaaa tolong T.T
“Ekhem,” Krystal
mendekat padaku, menatap si namja salju yang berjalan di koridor, menuju
tangga. “Jadi, bagaimana? Kau siap, kan?”
Aku menelan ludah.
“Jangan takut. Kau
tidak mau, kan, yeoja suram itu membudakimu?” katanya, setengah berbisik.
“Kita. Bukan hanya
aku,” ujarku membetulkan kata-katanya.
“Ne. Terserah. Intinya
sama. Ayo kau naik ke atap,” Krystal mendorongku hingga satu meter ke depan
kelas.
“Annyeong!” seru
seseorang. Aku menoleh. Omo, Sehun.
“Nado.” Jawab Krystal
tersenyum bangga. “Ayo kita pulang, yeobo. Hari ini Sulli-ah akan menyatakan
perasaannya pada Taemin.”
Sehun menatapku.
“Perasaan benciku
terhadapnya,” sambungku cepat dengan senyum dibuat-buat.
“Jangan malu. Nyatakan
saja. Hwaiting ne,” kata Sehun sambil merangkul Krystal, pergi meninggalkanku
sendirian.
Sebelum berbelok,
Krystal berbalik dan mengerlingkan mata kirinya padaku sambil berteriak,
“Hwaiting! Dia pasti akan menerimamu!”
Aku menatap kepergian
dua sosok itu dengan pandangan kosong. Bingung. Apa yang harus aku lakukan?
Bagaimana kalau dia menolakku secara kasar dan membuatku malu untuk selamanya?
Apa arti kata selamanya itu waktu yang lama? Seberapa lamanya? Apa aku masih
hidup sampai waktu ‘selamanya’ itu habis?
Oke. Aku harus berani.
Aku tidak mau diperbudak oleh perempuan sialan seperti Son Naeun. Aku harus
menyatakan perasaanku hari ini. Sekarang juga.
Dengan cepat aku
menelusuri koridor yang sudah sepi. Aku tidak melihat seorangpun di sini.
Bagus, pikirku. Tidak akan ada yang bisa melihat aksi gilaku ini. Aku menaiki
anak tangga perlahan. Dengan keringat dingin bercucuran, aku terus melangkah
hingga aku sampai di atap.
Aku memandang
berkeliling. Menatap setiap sudut atap, berharap bisa menemukan si namja salju.
Sebenarnya, namja salju adalah namja dingin bernama Lee Taemin. Dia benar-benar dingin –bahkan
tubuhnya dingin. Tatapannya tajam dan menyelidik. Penuh kecurigaan.
Kehidupannya privacy. Teman terdekatnyapun tidak tahu banyak mengenai dirinya.
“Mencari siapa?”
Aku terdiam. Keringat
semakin deras membasahi wajahku. Tanganku mengepal. Mataku melotot, mulutku
terbuka –menampakkan deretan gigi rapi dan gusi merah muda.
Aku berbalik. Lee
-Tae-min?!
“Eh..” aku mundur
selangkah, sadar wajah kami terlalu dekat.
“Ada apa?” tanyanya,
menatap ke atas.
“Aku.. Aku,”
kata-kataku terputus saat aku tahu dia menatap mataku.
“Kau kenapa?” dia
bertanya, memiringkan kepalanya, heran melihat ada seorang gadis aneh tergagap
di depannya.
“Aku menyukaimu!”
seruku sambil menunduk, memejamkan kedua mataku.
Suasana hening. Dia
tidak menjawab pernyataanku. Saat aku membuka mataku, wajahnya tinggal lima
senti di depanku! Aku kembali memejamkan mataku saat namja salju itu mendekat
dan berbisik : “Kalau aku menerimamu, Son Naeun akan memberimu apa?”
Degh! Tiba-tiba mataku
terbuka dengan cepat. Kepalan tanganku melemah dan terbuka dengan pelan. Alis
kiriku naik. Dan kakiku lunglai, seakan ingin jatuh.
“K-kau..” kataku
terbata.
“Tahu darimana. Iya,
kan?” sambungnya dengan senyuman dingin.
Aku hanya diam.
“Kalau kau tahu aku
yang sebenarnya, kau akan menyesal terhadap perkataanmu.”
_tbc_
tunggu next chapternya yah ^^ please comment ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar