Senin, 05 Agustus 2013

FF First Love (Chapter 1) :






Tittle : First Love

Cast : Choi Sulli, Lee  Taemin
Cameo :Krystal, Sehun, Naeun
Length : Twoshoot
Genre : Romance, angst
Author : Naega Jung Hyunsoo with Hoky 
Beware typo anywhere!!


Sulli POV*
Aku menatap pemandangan di luar sana melalui jendela kamarku yang terbuka lebar. Langit birunya membuatku damai. Kupejamkan kedua mataku, kuletakkan tangan kananku di dadaku, tergenggam. Kubiarkan angin menerpa rambutku, membuatnya berkibaran. Aku membayangkan hal yang kubenci tidak pernah ada. Tidak pernah kualami dan kurasakan. Hal yang selalu membuatku sedih dan menangis. Sesuatu yang sangat ingin kulupakan. Benar-benar ingin kulupakan. Ingin kuhilangkan tanpa bekas di pikiranku. Sesuatu yang membuat air mataku mengalir selama dua bulan tanpa henti. Kenyataan yang sangat susah kuterima. Kenyataan yang ingin kujadikan mimpi buruk yang tak ingin kuulang. Sebuah perjanjian yang mengubah hidupku. Perjanjian yang membuatku bahagia, juga sedih. Perjanjian yang aku tidak tahu akan berakhir seperti apa. Perjanjian yang membuatku tahu siapa namja itu sebenarnya, dan perjanjian yang membuatku ingin memutar waktu. Mengulang semuanya dari awal. Awal aku mengenalnya, awal aku menyukainya, dan awal aku mencintainya, menyayanginya. Dia, namja bernama Lee  Taemin. Namja yang akhirnya mengubah hidupku.
***




Aku berjalan setapak demi setapak, melintasi jalanan besar yang setiap hari kulewati untuk pergi ke sekolah, juga jalan yang kulewati setiap pulang sekolah. Tak lama kemudian, aku sampai di sebuah gedung bertuliskan Daegu Young High School dengan tulisan besar-besar dan berwarna biru muda, dengan garis pinggir biru tua.
Aku melangkah melewati gerbang tinggi dan kokoh, menapakkan kaki di halamannya yang besar, dan masuk menuju pagar sekolah yang membatasi aula dan halaman depan.
“Annyeong!” seseorang berteriak. Suaranya berasal dari koridor sekolah.
Aku menoleh dan melihat Krystal, sahabatku, berdiri di salah satu anak tangga. “Nado annyeong,” kataku sambil melambai.
Aku menghampirinya dan kami berdua berjalan menaiki anak tangga hingga sampai di depan sebuah ruang kelas dengan pintu terbuka lebar.
“Bagaimana tugas Fisikamu? Sudah selesai?” tanyanya sambil duduk disebelahku.
“Sudah. Aku mengerjakannya semalaman, sambil mengantuk u.u” jawabku.
“Wah, hebat ._.) Kau pasti baru mengerjakannya kemarin. Kau tahu, kan, tugas itu sudah dua minggu lalu diberikan?”
“Nde. Aku tahu. Hanya saja aku malas. Membaca tulisannya saja kepalaku sudah pusing.”
Krystal hanya menggeleng sambil menatapku iba.
***
Sepuluh menit, lima belas menit, tiga puluh menit. Son seongnim belum memberikan tanda-tanda akan memasuki ruang kelas. Aku senang, juga kesal. Senang, tentu saja karna aku tak perlu bosan untuk mendengarkan ocehannya. Kesal, ya! Aku mengerjakan tugasku semalaman dan berusaha menahan kantuk. Harusnya dia datang pagi ini.
Tiba-tiba, masuk tiga yeoja yang kami –Krystal dan aku— beri julukan ‘Yeoja Masam’. Mereka bertiga selalu memasang ekspresi masam jika berpapasan dengan kami. Entah apa alasannya kami juga tidak tahu. Mungkin benar kata Krystal: dia iri pada kami. Mungkin dia tidak memiliki apa yang kami miliki. Mungkin.
“Permisi,” salah satunya yang bernama Naeun, mendorong Krystal yang berdiri disamping mejanya.
“Cepat cuci tanganmu,” kata yang satunya.
“Ambilkan anti bakteriku.”
Seorang yeoja berwajah cantik segera mengambil sebotol cairan kental anti bakteri dari saku bajunya dan menuangkan beberapa tetes ke telapak tangan Naeun.
“Ingat! Sesudah memegang yeoja kotor, harus cuci tangan dengan anti bakteri,” katanya, membuat Krystal melotot dan menarik dasinya yang tadinya terpasang rapi.
“Apa katamu? Yeoja kotor? Apa yang kau maksud itu dirimu sendiri? Ya. Cukup masuk akal kalau begitu,” ujar Krystal sambil melepas tarikannya.
“Apa yang kau lakukan! Kau merusak dasiku,” Naeun berkata sambil cemberut.
“Setidaknya lebih bagus dari yang tadi. Ayo, Sulli-ah, kita pergi. Sepertinya keadaan di sini mulai tidak aman.”
Aku tersenyum geli dan pergi mengkor pada Krystal yang berjalan dengan wajah diangkat, dengan gaya menantang. Meninggalkan Naeun yang merasa jengkel.
***
“Kenapa tidak kau hajar saja dia?” tanyaku, menggoda Krystal.
Kami sedang makan di kanting saat itu. Karna kami tahu Son seongnim tidak akan datang.
“Untuk apa? Dia akan mengadu kepada Jung seongnim dan aku akan diberi poin,” jawabnya santai.
“Ne, ne. Tapi harusnya kau peringatkan dia. Jangan mencari gara-gara jika dia mengadu,” kataku, dengan wajah tanpa dosa.
“Dia tidak akan mau mendengarkan,” dia berkata sambil mengunyah rotinya yang diolesi selai kacang tebal-tebal.
Aku berfikir sejenak, “childish.”
“Nugu?”
“Naeun.”
“Ah, nde. Memang begitu. Sudah. Orang seperti dia tidak perlu dianggap ada.”
Aku mengangguk.
***
“Annyeong! Sudah tau kabar terindah hari ini?” kata Krystal dengan semangat sambil berjalan menuju bangku deretan kedua pada baris ketiga. Wajahnya dihiasi senyuman manis yang terus mengembang saat dia berjalan ke arahku.
“Nado. Hmm, belum. Memangnya apa?” tanyaku heran.
“Son Naeun. Dia menyatakan perasaannya pada Lee  Taemin. Namja salju itu,” jawabnya sambil terus tersenyum.
“Jinjja? Lalu bagaimana? Apakah Taemin menerimanya?” tanyaku, bangkit dari dudukku tanpa sadar.
“Tentu saja tidak. Memangnya ada orang yang dicintai oleh namja salju itu?” dia duduk di atas meja dan mengambil sebungkus permen dari saku bajunya.
Kami berdua tertawa.
Tiba-tiba, seorang yeoja bermuka manis datang dengan ekspresi masam. Diikuti dua yeoja lain di belakangnya.
“Sudah selesai tertawanya?!” bentak yeoja yang terdepan, memukul meja dimana Krystal duduk.
“Sepertinya belum,” jawabku seenaknya, membuat yeoja tadi memasang ekspresi yang semakin masam.
“Kau menyukainya, kan, Sulli-ssi,” suaranya mendadak berubah menjadi lembut, seolah merayu, “ayo nyatakan perasaanmu pada hari valentine ini. Jangan lewatkan kesempatan emas ini –kau sudah punya coklatnya, kan?” katanya, sedikit berbisik pada akhir kalimatnya.
Aku menaikkan satu alisku dan berkata dengan sinis, “apa maksudmu?”
“Jangan pura-pura tidak mengerti! Ayo nyatakanlah, pengecut!”
Mwo? Dia membentakku? Enak saja.
Aku berdiri, menghampiri yeoja mungil itu, hingga wajah kami berdua berhadapan, “apa maumu?”
“Tidak ada,” katanya santai. “Aku hanya ingin kau jadi pemberani.”
“Baik. Aku akan menyatakan perasaanku pada namja salju itu,” kataku mantap, walaupun sebenarnya setelah mengucapkan kalimat itu aku dirundung perasaan takut dan ragu. Tapi aku tidak mungkin tidak melakukannya –menyatakan perasaanku pada si namja salju.
“Baiklah. Apa taruhannya?” dia menantang.
“Terserah,” sambung Krystal, membuatku memelototkan mata kearahnya.
“Hmm.. Kalau hari ini kau tidak menyatakan perasaanmu, kau harus menuruti apapun permintaanku. Bagaimana?” ujarnya, tersenyum sinis.
“Kalau dia menyatakannya hari ini, kau yang harus menuruti apapun permintaan kami,” jawab Krystal seenaknya.
“Se-tu-ju,” jawabnya, lalu pergi bersama dayang-dayangnya yang mengekor.
***
“Kau ini sudah gila rupanya,” omelku pada Krystal saat kami sedang menikmati makan siang di kantin sekolah.
“Kenapa? Kau harus berani. Lagipula aku yakin dia akan menerimamu pada hari white day nanti,” ujarnya santai, sambil melahap keripik kentangnya.
Aku melotot. Apa-apaan ini?! Memalukan. Pabo, pabo! Kenapa aku mau saja menerima tantangan dari Naeun. Kenapa aku tidak menolaknya saja. Biarkan saja dia bilang aku pengecut. Kalau aku hanya diam, lama-lama dia pasti aku lelah dan berhenti memanggilku dengan sebutan pecundang.
“Nanti, sepulang sekolah, kau pergi ke atap,” kata Krystal, membuyarkan lamunanku.
“Atap? Untuk apa?” tanyaku.
“Sepulang sekolah, Taemin pasti ada di sana. Kau kesana saja, nanti kau nyatakan perasaanmu disana saja,” jawabnya, tanpa melihat kearahku.
“Kau temani?” tanyaku lagi.
“Andwe! Sehun akan menjemputku. Nanti dia menunggu>.<,” katanya, melahap segenggam keripik kentang.
“Minta dia untuk menunggu,” kataku dengan wajah tak bersalah.
“Tidak mau ==” Kau sendirian saja. Biar nanti jadi adegan romantis dan menegangkan,” ujarnya sambil tersenyum puas.
Aku hanya mendengus kesal menaggapi perkataannya.
***
TEET.. TEET..
Omo >.< Bel pulang berbunyi. Aku tidak mau ke atap. Aku tidak mau menyatakan perasaanku. Aku tidak mau aku tidak mau. Ummaaa tolong T.T
“Ekhem,” Krystal mendekat padaku, menatap si namja salju yang berjalan di koridor, menuju tangga. “Jadi, bagaimana? Kau siap, kan?”
Aku menelan ludah.
“Jangan takut. Kau tidak mau, kan, yeoja suram itu membudakimu?” katanya, setengah berbisik.
“Kita. Bukan hanya aku,” ujarku membetulkan kata-katanya.
“Ne. Terserah. Intinya sama. Ayo kau naik ke atap,” Krystal mendorongku hingga satu meter ke depan kelas.
“Annyeong!” seru seseorang. Aku menoleh. Omo, Sehun.
“Nado.” Jawab Krystal tersenyum bangga. “Ayo kita pulang, yeobo. Hari ini Sulli-ah akan menyatakan perasaannya pada Taemin.”
Sehun menatapku.
“Perasaan benciku terhadapnya,” sambungku cepat dengan senyum dibuat-buat.
“Jangan malu. Nyatakan saja. Hwaiting ne,” kata Sehun sambil merangkul Krystal, pergi meninggalkanku sendirian.
Sebelum berbelok, Krystal berbalik dan mengerlingkan mata kirinya padaku sambil berteriak, “Hwaiting! Dia pasti akan menerimamu!”
Aku menatap kepergian dua sosok itu dengan pandangan kosong. Bingung. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana kalau dia menolakku secara kasar dan membuatku malu untuk selamanya? Apa arti kata selamanya itu waktu yang lama? Seberapa lamanya? Apa aku masih hidup sampai waktu ‘selamanya’ itu habis?
Oke. Aku harus berani. Aku tidak mau diperbudak oleh perempuan sialan seperti Son Naeun. Aku harus menyatakan perasaanku hari ini. Sekarang juga.
Dengan cepat aku menelusuri koridor yang sudah sepi. Aku tidak melihat seorangpun di sini. Bagus, pikirku. Tidak akan ada yang bisa melihat aksi gilaku ini. Aku menaiki anak tangga perlahan. Dengan keringat dingin bercucuran, aku terus melangkah hingga aku sampai di atap.
Aku memandang berkeliling. Menatap setiap sudut atap, berharap bisa menemukan si namja salju. Sebenarnya, namja salju adalah namja dingin bernama Lee  Taemin. Dia benar-benar dingin –bahkan tubuhnya dingin. Tatapannya tajam dan menyelidik. Penuh kecurigaan. Kehidupannya privacy. Teman terdekatnyapun tidak tahu banyak mengenai dirinya.
“Mencari siapa?”
Aku terdiam. Keringat semakin deras membasahi wajahku. Tanganku mengepal. Mataku melotot, mulutku terbuka –menampakkan deretan gigi rapi dan gusi merah muda.
Aku berbalik. Lee -Tae-min?!
“Eh..” aku mundur selangkah, sadar wajah kami terlalu dekat.
“Ada apa?” tanyanya, menatap ke atas.
“Aku.. Aku,” kata-kataku terputus saat aku tahu dia menatap mataku.
“Kau kenapa?” dia bertanya, memiringkan kepalanya, heran melihat ada seorang gadis aneh tergagap di depannya.
“Aku menyukaimu!” seruku sambil menunduk, memejamkan kedua mataku.
Suasana hening. Dia tidak menjawab pernyataanku. Saat aku membuka mataku, wajahnya tinggal lima senti di depanku! Aku kembali memejamkan mataku saat namja salju itu mendekat dan berbisik : “Kalau aku menerimamu, Son Naeun akan memberimu apa?”
Degh! Tiba-tiba mataku terbuka dengan cepat. Kepalan tanganku melemah dan terbuka dengan pelan. Alis kiriku naik. Dan kakiku lunglai, seakan ingin jatuh.
“K-kau..” kataku terbata.
“Tahu darimana. Iya, kan?” sambungnya dengan senyuman dingin.
Aku hanya diam.
“Kalau kau tahu aku yang sebenarnya, kau akan menyesal terhadap perkataanmu.”



_tbc_

tunggu next chapternya yah ^^ please comment ...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar